Drama Abiss! Bayangan Itu Menyentuh Wajah Ratu, Seolah Masih Ada Cinta Yang Belum Mati



Bayangan Itu Menyentuh Wajah Ratu, Seolah Masih Ada Cinta Yang Belum Mati

Aula emas istana berkilauan, memantulkan cahaya lilin yang menari-nari di wajah-wajah yang hadir. Namun, di balik kemegahan itu, udara terasa berat, sarat akan intrik dan ketakutan. Para pejabat, berpakaian sutra yang gemerlap, berdiri tegak, mata mereka tajam seperti belati terhunus. Bisikan pengkhianatan merayap di balik tirai sutra, seperti ular berbisa yang siap mematuk.

Di tengah kerumunan itu, berdiri Ratu Lian, kecantikannya memukau namun tersembunyi di balik tatapan dingin dan kekuatan yang memancar. Di seberangnya, Kaisar Wei, sosok yang gagah dan berkuasa, namun matanya menyimpan kenangan yang pahit. Dahulu, mereka saling mencintai, cinta yang membara bagai api unggun di tengah musim dingin. Namun, takhta dan ambisi telah meracuni hati mereka, mengubah cinta menjadi permainan kekuasaan yang mematikan.

"Lian," bisik Kaisar Wei, suaranya nyaris tak terdengar di tengah hiruk pikuk istana. "Kau tahu aku tidak pernah menginginkan ini."

Ratu Lian tersenyum sinis. "Tidak menginginkan apa, Yang Mulia? Tidak menginginkan kekuasaan? Atau tidak menginginkan aku?"

Setiap janji yang terucap menjadi pedang yang menusuk, setiap tatapan adalah perhitungan yang rumit. Cinta mereka telah menjadi medan perang, di mana kepercayaan adalah barang langka.

Bertahun-tahun berlalu, Ratu Lian, yang dianggap lemah dan tak berdaya, diam-diam merajut jaring balas dendam. Dia mengumpulkan sekutu, mengungkap rahasia, dan memanipulasi bidak-bidak catur di papan istana dengan kecerdasan yang mematikan. Kaisar Wei, terlalu sibuk dengan ambisinya, tidak menyadari bahwa Ratu yang dulu dicintainya telah berubah menjadi musuh yang paling berbahaya.

Malam itu, di bawah rembulan yang pucat, Ratu Lian berdiri di hadapan Kaisar Wei, mata mereka bertemu untuk terakhir kalinya.

"Kau meremehkanku, Wei," ucapnya, suaranya dingin dan menusuk. "Kau pikir cinta adalah kelemahan. Kau salah. Cinta adalah motivasi terkuat untuk membalas dendam."

Dengan satu gerakan elegan, Ratu Lian memberikan racun yang perlahan mematikan ke dalam cawan Kaisar Wei. Tidak ada amarah, tidak ada emosi, hanya kalkulasi yang sempurna.

Kaisar Wei tersenyum pahit, setetes air mata mengalir di pipinya. "Jadi ini akhirnya..."

"Ini adalah awal," balas Ratu Lian, tatapannya tak tergoyahkan.

Saat tubuh Kaisar Wei ambruk ke lantai, Ratu Lian membalikkan badannya dan berjalan menjauh, meninggalkan aula emas yang sunyi.

Sejarah baru saja menulis ulang dirinya sendiri, dan tinta itu berwarna darah.

You Might Also Like: Jualan Skincare Bisnis Tanpa Stok

Post a Comment

Previous Post Next Post