Aku Adalah Doa yang Tak Pernah Terkabul, Tapi Selalu Kau Ucapkan
Kabut menggantung pekat di lereng Gunung Qingling, menyelimuti kuil kuno di puncaknya. Aroma dupa bercampur dengan hawa dingin menusuk tulang, menciptakan suasana mencekam. Di dalam kuil, di bawah cahaya remang lentera minyak, duduklah seorang pria. Wajahnya pucat, nyaris transparan, dengan mata setajam belati. Inilah Li Wei, yang delapan tahun lalu dinyatakan tewas dalam kebakaran misterius di istana.
Delapan tahun. Waktu yang cukup lama untuk mengubah seorang bocah lelaki menjadi seorang pria… atau lebih tepatnya, menjadi hantu.
Di hadapannya, berlutut seorang wanita. Kaisar Xiao Rou, yang dulu dikenal sebagai Putri Rou Rou, kekasihnya yang berduka. Air mata membasahi pipinya, namun bibirnya terkatup rapat, seolah menyimpan rahasia yang lebih gelap dari malam.
"Wei," bisik Xiao Rou, suaranya bergetar. "Kau… kau benar-benar kembali?"
Li Wei tersenyum tipis, sebuah senyum yang tak mencapai matanya. "Apakah kau bahagia, Yang Mulia? Doamu telah dikabulkan."
"Tapi… bagaimana? Bagaimana kau bisa selamat?"
Li Wei bangkit, berjalan mendekat ke jendela. Kabut di luar tampak menari-nari, seolah mengejek mereka. "Kebakaran itu… adalah awal yang baru. Aku diselamatkan, dirawat, dan dilatih untuk tujuan ini."
Xiao Rou menatapnya, kebingungan terpancar jelas di wajahnya. "Tujuan? Apa maksudmu?"
"Balas dendam," jawab Li Wei datar. "Atas kematian ayahku. Atas pengkhianatan yang kau lakukan."
"Aku… aku tidak mengerti. Aku tidak pernah mengkhianatimu!"
Li Wei berbalik, menatapnya dengan pandangan dingin. "Benarkah? Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau dan Pangeran Huan merencanakan semuanya? Kalian menginginkan takhta, dan ayahku menghalangi jalan kalian."
Xiao Rou menggelengkan kepalanya, air mata mengalir semakin deras. "Itu… itu bohong! Aku mencintaimu, Wei. Aku tidak akan pernah menyakitimu."
"Cinta? Cinta macam apa yang tega mengorbankan nyawa orang lain demi kekuasaan?" Li Wei mendekat, suaranya rendah dan mengancam. "Kau bermain sangat baik, Rou Rou. Kau bahkan berhasil meyakinkan diriku sendiri bahwa kau adalah korban. Tapi aku melihatnya. Di matamu. Saat ayahku terbakar… kau tersenyum."
Keheningan menyelimuti ruangan. Hanya suara angin yang menderu di luar, membawa serta bisikan rahasia dan penyesalan.
Xiao Rou tersenyum sinis, air mata di pipinya kini tampak seperti embun pagi yang beracun. "Kau benar, Wei. Aku menginginkan takhta. Dan aku menginginkanmu di sisiku. Tapi kau terlalu naif, terlalu lemah untuk menjadi seorang kaisar."
Li Wei tertegun. "Jadi… selama ini…"
"Selama ini, kau hanyalah pion dalam permainanku," potong Xiao Rou. "Aku tahu kau akan kembali. Aku tahu kau akan datang untuk membalas dendam. Dan aku sudah siap."
Tiba-tiba, puluhan penjaga bersenjata muncul dari balik bayangan, mengepung Li Wei. Xiao Rou berdiri tegak, aura kekuasaan terpancar dari dirinya.
"Kau adalah doa yang tak pernah terkabul, Wei," ucap Xiao Rou, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Tapi aku senang kau selalu mengucapkannya. Karena setiap doa itu, memperkuatku."
Li Wei menatap Xiao Rou, menyadari bahwa selama ini, dia telah diperalat. Bahwa cinta dan pengkhianatan adalah dua sisi mata uang yang sama. Bahwa kebenaran yang selama ini dia cari, justru mengantarkannya pada kehancuran.
Matanya tertuju pada tatapan dingin Xiao Rou, dan barulah dia mengerti: Dia bukan korban, melainkan dalang di balik tirai yang ditarik sangat rapi.
You Might Also Like: 0895403292432 Peluang Bisnis Skincare