Ini Baru Cerita! Langit Yang Menangis Di Hari Reinkarnasi



Langit yang Menangis di Hari Reinkarnasi

Suara guqin membelah keheningan malam. Di paviliun usang di puncak Gunung Langit, Xiao Die menatap langit yang merintih. Gerimis tipis menyelimuti wajahnya yang pucat, membasahi gaun sutra putih yang sudah lusuh. Hari ini adalah hari reinkarnasi, hari dimana jiwa-jiwa berpulang dan memulai lembaran baru. Namun, Xiao Die justru merasakan kehancuran yang mendalam.

Lima tahun lalu, di hari pernikahannya, ia dikhianati. Tunangannya, Pangeran Li Wei, dan sahabatnya, Mei Lan, berselingkuh di depan matanya. PERIH... Xiao Die memilih diam. Bukan karena lemah, bukan karena tak mampu melawan. Ia menyimpan rahasia. Sebuah ramuan terlarang, warisan leluhurnya, mampu mengikat jiwa ke dunia fana, menunda reinkarnasi. Ia meminumnya.

"Xiao Die, kenapa kau tidak membalas?" tanya Roh Gunung, berwujud kabut putih yang melayang di dekatnya.

Xiao Die hanya tersenyum pahit. "Balas dendam macam apa yang bisa setara dengan KEKEKALAN penyesalan?"

Selama lima tahun itu, Xiao Die menjadi bayangan di istana, menyaksikan kebahagiaan palsu Li Wei dan Mei Lan. Ia melihat Li Wei menjadi kaisar yang kejam, memerintah dengan tangan besi. Ia melihat Mei Lan menjadi permaisuri yang dingin, hatinya sekeras batu giok. Mereka menikmati tahta yang seharusnya menjadi miliknya.

Namun, ada sesuatu yang GANJIL. Setiap kali bulan purnama tiba, Li Wei selalu mengalami mimpi buruk. Mimpi yang sama: Xiao Die berdiri di altar pernikahan, matanya menyala dengan amarah, menuntut balas. Mei Lan juga mengalami hal serupa: mendengar bisikan lembut Xiao Die di tengah malam, menyebut namanya dengan nada penuh cela.

Suatu malam, saat gerimis semakin deras, Li Wei tiba-tiba muncul di paviliun usang. Matanya merah, wajahnya dipenuhi keringat dingin.

"Xiao Die… KAU! KAU… APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?!" teriaknya histeris.

Xiao Die menatapnya dengan tatapan kosong. "Aku tidak melakukan apa-apa, Pangeran Li Wei. Hanya takdir yang berbalik arah."

Ia mengangkat tangannya, menunjukkan sebuah gelang giok yang selalu ia pakai. Gelang itu bergetar, memancarkan cahaya redup.

"Kau ingat gelang ini?" tanya Xiao Die lirih. "Gelang ini adalah penangkal sihir. Penangkal... bagi ramuan yang mengikat jiwaku."

Cahaya gelang itu semakin terang, menyinari wajah Li Wei dan Mei Lan. Di saat yang sama, mereka berdua jatuh berlutut, wajah mereka dipenuhi KESAKITAN yang tak tertahankan. Ternyata, kebahagiaan mereka selama ini hanyalah ilusi, mimpi indah yang diikat oleh jiwa Xiao Die. Selama ia terikat, mereka pun terikat. Sekarang, saat ia melepaskan diri, merekalah yang akan merasakan azab abadi.

Xiao Die menatap langit yang kini benar-benar menangis. Ia merasakan jiwanya ringan, bebas. Ramuan itu akhirnya luntur. Ia siap untuk reinkarnasi.

Sebelum jiwanya sepenuhnya berpulang, ia berbisik, "Kebahagiaan palsu dibangun di atas kesedihan orang lain… tak akan pernah bertahan lama."

Dan bersamaan dengan hembusan angin terakhir, Xiao Die menghilang. Li Wei dan Mei Lan terkapar tak berdaya, terikat dalam mimpi buruk abadi yang mereka ciptakan sendiri.

Di paviliun usang itu, hanya tertinggal suara guqin yang semakin lirih, mengiringi gerimis yang tak kunjung reda…

... dan pertanyaan: apakah mereka benar-benar layak mendapatkan reinkarnasi?

You Might Also Like: Skincare Terbaik Dengan Harga

Post a Comment

Previous Post Next Post