Cinta yang Mengganti Nama Keluarga
Babak Pertama: Lentera di Sungai Lupa
Rembulan perak menggantung rendah, membelah Sungai Lupa menjadi dua bagian yang berkilauan. Di permukaan air, lentera-lentera kertas berarak, masing-masing membawa nyala lilin kecil yang menari-nari. Cahaya mereka memantul di wajah Lin Yue, seorang gadis dari Desa Bunga Persik yang tersohor. Namun, ada kesedihan yang tersembunyi di balik senyumnya.
"Nama keluargamu adalah beban, Yue'er," bisik ibunya, sebelum menghembuskan napas terakhirnya. "Beban kutukan."
Lin Yue tidak mengerti. Ia hanya tahu bahwa hidupnya dipenuhi mimpi-mimpi aneh, di mana bayangan-bayangan berbicara dengan suara serak, menyebut namanya bukan dengan Lin, melainkan dengan... nama yang asing, XIAO.
Suatu malam, saat mengikuti lentera ke hilir sungai, ia terjatuh. Air Sungai Lupa yang dingin membungkusnya, menelannya dalam kegelapan. Itu adalah akhir... atau justru awal?
Babak Kedua: Dunia Roh dan Mimpi yang Menjelma
Lin Yue terbangun di dunia yang terasa begitu nyata namun asing. Rumah-rumah bercahaya dengan aura magis, pohon-pohon menjulang tinggi dengan daun-daun yang berbisik, dan di langit, bukan hanya satu, tapi tiga bulan purnama berputar perlahan. Ini adalah Alam Roh, tempat para dewa dan siluman bersemayam.
Seorang pria berparas dewa dengan rambut sehitam malam dan mata sebiru safir menatapnya. Namanya Xiao Zhan, pewaris klan Xiao yang legendaris. Klan yang mengendalikan kekuatan angin dan badai.
"Kau kembali, Xiao Yue," bisiknya, suaranya bagaikan melodi yang menyihir. "Akhirnya, kau kembali ke tempatmu seharusnya berada."
Lin Yue bingung. Ia ingat nama keluarganya adalah Lin, bukan Xiao. Namun, Xiao Zhan memperlakukannya seolah ia adalah belahan jiwanya yang hilang, Xiao Yue, putri bungsu klan Xiao yang menghilang bertahun-tahun lalu.
Di Alam Roh, Lin Yue belajar tentang kekuatan terpendamnya. Ia mampu memanipulasi air, memanggil angin, dan berbicara dengan roh-roh gentayangan. Namun, bayangan dari masa lalunya terus menghantuinya. Mimpi-mimpi tentang Desa Bunga Persik semakin intens, dan ia mulai curiga bahwa kematiannya di dunia manusia bukanlah kecelakaan.
Babak Ketiga: Bayangan Pengkhianatan dan Bulan yang Mengungkap Rahasia
Semakin lama Lin Yue tinggal di Alam Roh, semakin ia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Ia mulai menyelidiki hilangnya Xiao Yue yang asli, dan menemukan jejak pengkhianatan dan intrik di balik tembok-tembok indah istana Xiao.
Bulan-bulan purnama Alam Roh seolah mengingat semua nama, semua rahasia. Mereka menampakkan visi-visi yang memilukan: Xiao Yue yang asli dibunuh oleh seseorang dari dalam klannya sendiri, seseorang yang menginginkan kekuasaan klan Xiao. Dan yang lebih mengejutkan, orang itu adalah... Xiao Zhan sendiri!
Namun, kebenarannya lebih rumit dari yang ia bayangkan. Xiao Zhan bukanlah pembunuh Xiao Yue. Ia adalah korban dari ramalan kuno yang menyebutkan bahwa seorang Xiao Yue akan membawa kehancuran bagi klan mereka. Demi melindungi klannya, Xiao Zhan membuat kesepakatan dengan iblis dan memanipulasi takdir, mengirim Xiao Yue ke dunia manusia sebagai Lin Yue, dengan harapan takdirnya akan berubah.
Cinta yang tumbuh di antara Lin Yue dan Xiao Zhan terasa pahit. Mereka saling mencintai, namun terikat oleh takdir yang kejam. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk mengganti nama keluarga, untuk mengubah ramalan, untuk mematahkan kutukan?
Babak Keempat: Pertempuran Takdir dan Pengorbanan Cinta
Pertempuran antara Lin Yue dan Xiao Zhan tak terhindarkan. Mereka bertempur bukan karena benci, melainkan karena cinta dan kewajiban. Lin Yue ingin membebaskan Xiao Zhan dari beban takdir, sementara Xiao Zhan ingin melindungi Lin Yue dari kehancuran yang mungkin dibawanya.
Pada akhirnya, Lin Yue memilih untuk mengorbankan dirinya. Ia melepaskan kekuatan Xiao yang mengalir dalam nadinya, memutus rantai ramalan, dan menyelamatkan klan Xiao dari kehancuran.
Saat ia menghilang menjadi debu-debu bintang, Xiao Zhan memeluknya erat. Ia tahu, bahwa meskipun ia telah kehilangan Xiao Yue/Lin Yue, cinta mereka akan abadi, melampaui batas dunia dan waktu.
Epilog: Mantra yang Tergantung
Di tepi Sungai Lupa, sebuah lentera baru mengapung, membawa nyala lilin kecil yang berkedip-kedip. Di sana, terukir sebuah nama: "Yue".
Biarkan nama yang hilang, menemukan jalannya kembali, di bawah rembulan yang abadi.
You Might Also Like: Jualan Skincare Bisnis Tanpa Modal Di