Cerpen: Air Mata Yang Menjadi Cahaya Baru



Air Mata yang Menjadi Cahaya Baru

Hujan gerimis menari di jendela kaca, memantulkan siluet KE-E-L-E-G-A-NT-an Lin Mei. Gaun sutra merahnya berkilauan redup, menyembunyikan badai yang berkecamuk di dalam hatinya. Senyumnya, selalu memesona, kini terasa seperti topeng yang retak.

Dulu, senyum ini dipersembahkan untuk Chen Wei, kekasihnya, tunangannya. Pria yang mata elangnya selalu menatapnya dengan janji masa depan. Kenangan itu kini terasa seperti pecahan kaca yang menusuk setiap kali ia bernapas.

Chen Wei. Nama itu kini bagai mantra terlarang.

"Dia mencintai Li Hua," bisik angin malam. Lin Mei menutup matanya, mencoba menepis bisikan kejam itu. Li Hua, sahabatnya, wanita yang selalu ia anggap seperti saudara kandung. Pengkhianatan ini merobek hatinya menjadi dua.

Pelukan Chen Wei, yang dulu terasa hangat dan melindungi, kini terasa beracun. Janji-janji yang dulu diukir di bintang, kini berubah menjadi B-E-L-A-T-I tajam yang mengiris jiwanya.

Namun, Lin Mei bukan wanita lemah. Air matanya tak akan jatuh percuma. Ia akan mengubahnya menjadi cahaya baru.

Rencananya tersusun rapi, bagai orkestra yang dipimpin oleh kepahitan. Bukan darah yang akan ia tumpahkan. Bukan jeritan yang akan ia dengar. Yang ia inginkan adalah P-E-N-Y-E-S-A-L-A-N abadi.

Lin Mei tahu Chen Wei terobsesi dengan perusahaannya, dengan warisan keluarganya. Ia tahu kelemahan Li Hua adalah kekaguman buta pada Chen Wei. Ia akan menggunakan kedua hal itu sebagai senjatanya.

Perlahan, Lin Mei mulai memainkan perannya. Ia tetap tersenyum pada Chen Wei, menunjukkan dukungan penuhnya pada pernikahan yang akan datang. Ia bahkan membantu Li Hua memilih gaun pengantin, dengan senyum palsu yang nyaris sempurna.

Di balik layar, Lin Mei menggunakan koneksinya untuk membongkar kebusukan perusahaan Chen Wei. Skandal demi skandal terungkap, menghancurkan reputasi pria itu di mata publik. Li Hua, yang terbutakan oleh cinta, akhirnya menyadari sifat asli Chen Wei yang E-G-O-I-S dan kejam.

Pada hari pernikahan, Chen Wei berdiri di altar, wajahnya pucat pasi. Li Hua tidak datang. Lin Mei, dengan anggun menghampirinya, menyerahkan sebuah amplop. Di dalamnya, terdapat foto-foto Chen Wei bersama wanita-wanita lain, bukti perselingkuhan dan penipuan yang ia lakukan.

"Ini hadiah dariku," bisik Lin Mei, senyumnya kali ini jujur. "Semoga kau menikmati sisa hidupmu yang penuh dengan P-E-N-Y-E-S-A-L-A-N."

Chen Wei menatap Lin Mei dengan tatapan kosong, penuh dengan kekalahan dan penyesalan. Ia kehilangan segalanya: cinta, reputasi, dan masa depannya.

Lin Mei berbalik, meninggalkan Chen Wei yang terpuruk di altar. Balas dendamnya terasa manis sekaligus pahit. Ia memenangkan pertempuran, namun hatinya tetap terluka.

Di bawah tatapan dingin bintang-bintang, Lin Mei menyadari: cinta dan dendam lahir dari tempat yang sama… dalam hati yang terluka.

You Might Also Like: Kisah Seru Cinta Yang Kuterjemahkan

Post a Comment

Previous Post Next Post